sebuah cerita untukmu sayang Tressa Mayangsari
“selamat
pagi adee sayang, ni milo angetnya biar tambah semangat pagi ini” begitulah isi
pesan singkat yang kukirimkan ke pacarku untuk mengawali semangat pagi.
“makasih
sayaangg, segerrr, abang juga sarapan ya jangan lupa, semangat pagi” balasan
pesan singkat yang dikirimkan pacarku. Dengan tubuh yang masih menempel di
dasar kasur, pelan – pelan menggeliat seperti cacing keluar dari tanah, mulai
beranjak dari kasur yang sudah berantakan dan menuju kamar mandi.
“serrr
. . . serrr . . .” air dingin mengalir membasahi wajahku, rasa ngantuk perlahan
hilang, kesegaran pagi ini semoga memberikan harapan yang lebih baik untukku. Ditemani
secangkir white coffee panas
menghabiskan sebagian pagiku didalam kamar kosan menghadap laptop sembari
membaca berita – berita elektronik setiap harinya. Inilah zaman digital,
membaca koran pun sudah tidak lazim lagi, dengan gadget yang bertebaran, setiap orang bisa menikmati informasi
teraktual setiap saat. Sambil menyeruput segarnya kopi, aku kirim sms ke
pacarku dengan hp butut seharga 350 ribu rupiah, biarpun butut tetapi hp ini
telah menjadi saksi perjalanan kisah asmara aku dan pacarku.
“adee,
ayo mandi, siap – siap ke kampus, hari ini kuliah pagi kan?”
Tutttt
. . tuttt . . . tuttt . . tuttt . . . balasannya pun segera kuterima,
“hari
ini kan hari Sabtu abang, abang lupa ya? makanya jangan tidur aja donggg :p
wlekkk”
“hahaha,
iya nih parahh abang sama hari aja lupa J,
berarti saatnya bersantaii” langsung aku balas kembali sms yang kuterima.
Kebanyakan berada dikosan, sama hari aja kadang lupa, kalender pun tak
ada. Hari – hari yang kulalui pun
terlihat membosankan, lebih banyak sendirian dikosan, kuliahpun hanya sore hari
dan tak banyak yang bisa kulakukan sehari – sehari kecuali berhadapan dengan
laptop entah apa yang akan kukerjakan pastinya.
“abang
juga tetep semangat yaa, adee sayang abangg” tak lama kuterima pesan singkat
yang dikirim pacarku.
“abang
juga sayangg adeee ”
Hampir tiga tahun sudah kami menjalani hubungan, tiga tahun bukan waktu yang sebentar apalagi dijalani secara jarak jauh atau bahasa gaulnya long distance relationship. Kembali aku mengingat bagaimana saat pertama kami berkenalan di satu organisasi kampus, waktu itu aku menjabat ketua dan dia sebagai sekretaris. Kisah klasik mungkin bagi sebagian orang. Ketika hati dan perasaan menyatu hanya Tuhan dan kami yang merasakannya.
Hampir tiga tahun sudah kami menjalani hubungan, tiga tahun bukan waktu yang sebentar apalagi dijalani secara jarak jauh atau bahasa gaulnya long distance relationship. Kembali aku mengingat bagaimana saat pertama kami berkenalan di satu organisasi kampus, waktu itu aku menjabat ketua dan dia sebagai sekretaris. Kisah klasik mungkin bagi sebagian orang. Ketika hati dan perasaan menyatu hanya Tuhan dan kami yang merasakannya.
“TM,
udah makan belum? makan keluar yuk, lagi pengen seafood nih” kataku melaui sms. TM adalah inisial namanya, aku
sering menggunakan inisial itu untuk berkirim pesan melaui sms, apakah
mengajaknya makan atau hanya sekedar bercerita saja.
“hummm,
boleh TS, belum makan juga nih, mau makan dimana?” begitu balasannya, dia juga
ikut – ikutan memanggil dengan inisial namaku.
“hummmh,
yang rada jauhan aja yaa, lagi pengen refreshing
nih, mumet TA”
Aku
pun langsung meluncur kekosannya dan kita pergi makan ke satu restoran seafood di bilangan kota Bandung. Masih
segar dalam ingatan, waktu itu aku pesan cumi saos padang, dia pesan kerang
bambu. Kami saling bercerita, bercanda, menghabiskan waktu berdua untuk saling
mengenal.
Aku
termasuk salah satu cowok yang penuh dengan pertimbangan, menyatakan perasaan
saja seperti membuat logika pemrograman. Bagaimana nanti, bagaimana begini,
bagaimana kedepannya. Kebodohan yang aku alami ini berdampak pada
ketidakjelasan hubungan kami hingga aku wisuda dan menyelesaikan pendidikan
diploma tiga ku. Akhinya aku bekerja di Kalimantan dan meninggalkan sejuta
kenangan manis bersamanya. Aku piker, jika memang jodoh aku pasti untuknya dan
dia pasti untukku. Selama di Kalimantan, aku masih berkomunikasi aktif
dengannya. Hingga waktunya tiba, aku merasa perlu untuk menyatakan perasaan ini
kepadanya.
6
bulan berada di Kalimantan, akhirnya aku memberanikan diri untuk pulang ke
Bandung dan menemuinya. Tepat 7 Maret 2008 terjadilah moment isitmewa itu,
“ehh
. . ta . . ta . . ko bengongg aja, mau ngomong apa sih?” dia langsung
memberondongku tatkala aku hanya terdiam bisu, seakan tak mampu bibir ini
bergerak.
Dengan
terbata – bata aku ungkapkan perasaan ini padanya, aku ceritakan bagaimana
perasaanku padanya, bagaimana aku mampu balik lagi dari Kalimantan ke Bandung
hanya untuk mendapatkan cintanya.
“hummm
. . . hummm . . . akuu sayangg sama kamu tress” kataku perlahan, tentu saja
dengan penjelasan – penjelasan yang aku ungkapkan sebelumnya.
“kamu
mau menjadi seseorang yang mendampingiku, kamu mau menjadi pacarku” terbata –
bata kuuucapkan.
“hummm
. . . aku ngak bisa ta” terputus dia ucapkan
“aku
ga bisa nolak, kalo aku juga sayang sama kamu, kita jalanin dulu aja ya”
ungkapan yang ditunggu – ditunggu setelah selama ini aku berhubungan dekat
dengannya.
Hari
Sabtu, 7 Maret 2008 sekitar pukul 9 malem di lobi kosannya, segala yang ingin
kusampaikan terselesaikan. “Begitu indahnya mengungkapkan sesuatu yang jujur,
kenapa harus takut” pikirku. Tidak seperti kebanyakan pasangan lainnya, disaat
baru jadian, kebersamaan selalu menyertai mereka. Berbeda dengan hubungan kami,
karena besoknya aku harus pulannng kerumah selama seminggu. Satu malam yang
singkat namun menjadi kenangan yang tidak bisa kulupakan.
“lucu
juga ya, bagaimana kedekatan aku dengannya sampai sejauh ini, hampir tiga tahun
berhubungan jarak jauh” pikirku.
“hubungan
yang diawali dengan rasa nyaman bersama, berbagi, bercerita. Hubungan yang
dimulai dari titik terendah nol dan selalu meningkat setiap harinya, inilah
yang membuat hubungan kami ini berbeda dengan yang lainnya” perlahan kuhirup
nafas panjang untuk kembali mengingatnya.
Seminggu
setelah tanggal tujuh, aku kembali ke Bandung untuk bertemu dengannya. Bukan
untuk melepas rindu atau menemaninya jalan – jalan, tetapi untuk pamit kembali.
Aku haru pergi ke Jawa Timur untuk mengerjakan satu proyek disana, tuntutan
pekerjaan membuatku harus kembali berpisah dengannya.
“sayangg,
keretanya berangkat jam 5 nih, kamu dimanaa?” aku kirim sms sewaktu aku sudah
berada di Stasiun Bandung untuk menuju Jakarta.
“waduhhh,
kenapa mendadak bilangnya, tau tadi kan aku nunggu di stasiun aja, lagi di
jalan ni naik taxi” dia tampak gusar untuk mengejar waktu bertemu denganku.
“yaudah
gapapa, ati – ati ya dijalannyaa, mudah – mudahan masih keburu nih”
Aku
pun gelisah, waktu semakin menunjukkan angka lima dan dia masih belum
menunjukkan senyumannya.
“macett
ni sayaanngg, masih keburu gaya” kembali dia mengirimkan sms.
“sayanggg,
keretanya udah jalann nihhh L”
“kamu
ati – ati ya di Bandung, tetep semangatt, aku sayangg kamuu”
Kereta
yang aku naiki akhirnya berangkat jugaa dan belum sempat bertemu untuk pamit
terakhir kalinya.
“yaaaaa,
baru bangett nih nyampe”
“yaudahh,
kamu juga ati – ati ya dijalan, aku balik lagi aja nih”
Seperti
dalam sinetron dimana pemeran wanita berusaha mengejar kereta untuk bertemu
dengan pemeran cowok. Hanya saja, kisah kami ini lebih dramatis karena tidak
sempat bertemu sebelum keretanya pergi.
Kami
yakin dalam hati, kami bisa menjalani ini berdua, terbukti 3 tahun berhubungan
dan 3 tahun pula berhubungan jarak jauh. Hanya melaui jaringan kami berbagi
setiap harinya, setiap saat disaat kami ingin bercerita, disaat itu pula kami
selalu berada dalam jaringan. Sebulan sekali atau bahkan tiga bulan sekali
kadang aku menyempatkan untuk menghabiskan waktu bersamanya di Bandung.
Terkadang dalam sehari tiga film sekaligus kita tonton, dari pagi hingga ke
malam hari.
“mumpung
ketemu, jadi dimanfaatkan setiap momen yang ada” pikir kami berdua.
“romantisme
long distance relationship jauh telah
membawa kami menapaki hubungan serius ini. Hari demi hari kami lalui bersama,
rasa rindu yang mendalam kadang sangat sakit dirasa. Disaat malam minggu,
pasangan muda – mudi menghabiskan waktu bersama di mall, bioskop, resotran,
kami hanya sabar berada dikosan dengan hp diujung telinga. Sungguh sangat
romantis bukan? ”
Happy 3rd Anniversary my sweetheart
wish we are always happiness together all the time
Happy 3rd Anniversary my sweetheart
wish we are always happiness together all the time